tiaadityaa
*nambah temen nambah pengalaman
Senin, 08 Agustus 2011
tak harus jadi orang lain
bangga dengan diri sendiri tanpa harus merasa kekurangan .
manusia diciptakan sangat spesifik
mulai dari DNA yang berbeda dan sama sekali tak ada satupun yang sama.
ini SAYA .
tak harus jadi orang lain untuk menjadi sukses kan .
berawal dari senyuman, maka semua orang kan berbalik dan ingn mengenalmu.
Sabtu, 06 Agustus 2011
Perjalanan panjang di bawah senja
Di bawah buaian sang senja, Ejaa dan Ade sedang duduk menghabiskan waktu sore mereka.
“De, nanti kalau Ejaa udahh berangkat, jangan pernah bawa orang lain ke tempat ini yaa, Ejaa maunya ade duduk disini hanya dengan Ejaa saja.” Ucap Ejaa.
“yaa, itu pasti. Jangan pergi terlalu lama.”
Sebuah perjanjian yang terucap sebelum Ejaa benar-benar pergi melanjutkan pendidikannya di negara orang. Setiap detik, menit, jam serta hari-hari yang berlalu telah di lewati Adee dengan suasana yang hampa.
Suatu ketika Ade sempat berkenalan dengan seorang teman dekatnya Ejaa,telah lebih dari satu tahun mereka saling berkenalan. Vanly, sebuah sosok yang kini berhasil menghapus kenangan Ejaa dari hatinya Ade.
Tak dapat di pungkiri bahwa suatu rasa yang terlarang mulai mucul di antara mereka. Hingga pada akhirnya mereka meresmikan jalinan kasih mereka menjadi satu ikatan berpacaran.
“sayy, jangan kasih tau Ejaa ya kalau kita pacaran, Van gag mau dia sakit hati kalau tahu kita berdua pacaran.”
“sakit hati kenapa? Ade dan Eja kan gag pernah pacaran!.” Ucap ade penuh tanya.
“udah ah, gag usah di bahas lagi ya.” Kalimat vanly memotong pembicaraan Ade.
Sejak saat itu, Ade sedikit demi sedikit mulai melupakan Ejaa. Tak jarang pula Ade mengabaikan semua pesan-pesan yang di kirim oleh Ejaa.
Lebih dari dua tahun mereka berpacaran. Hingga suatu hari Ade menerima pesan masuk dari sebuah nomor yang dulu sangat berarti di hidupnya.
“Ejaa pengen ketemu Ade sekarang di tempat biasa.” Hanya kalimat itu saja yang nampak di layar ponsel Ade.
Dengan langkah gontai dan sedikit kurang bersemangat, Ade mengemudikan mobilnya menuju tempat yang yang dulu sangat berharga.
Sesampainya disana, terlihat sosok seorang laki-laki yang sedang berdiri menghadap matahari yang sudah mulai tenggelam. Dari belakang, sosok itu sangat di kenali olehnya.
“Ejaa yaa?”.
“yeahh,its me.!” Ucap Ejaa dengan penuh semangat.
“De, sebenarnya Eja datang kesini mau mengajak Ade untuk temani Ejaa selama-lamanya. Ade tahu kan maksud Ejaa?.”
“Bukannya Ade gag mau, cuman ada satu rahasia yang belum Ejaa tahu. Dan Ade gag mau Ejaa tahu. Jadi maav, Ade gag bisa.”
Tanpa mengatakan apapun, Ade lalu berbalik dan meninggalkan Ejaa yang masih berdiri terpaku di bawah senja yang menatapnya pilu. Sejak saat itu Ade mulai serius dengan hubungannya bersamaVanly, namun akhir-akhir ini nomor ponsel Vanly sangat susah di hubungi.
Suatu senja di sore hari, ade melihat Vanly bersama perempuan lain sedang berciuman di tempat yang biasa Ade dan Ejaa habiskan waktu sorenya. Air mata perlahan menetes saat Ade dianggap orang yang tak di kenal oleh Vanly.
Kini hubungan mereka telah berakhir. Ade masih menyimpan harapan pada sosok yang dulu di sayanginya.
Dengan cepat Ade mengambil ponselnya lalu menghubungi nomor Ejaa. Namun sia-sia, nomornya tak lagi aktif. Semuanya perlahan menghilang dari kehidupan Ade.
Penyesalan tak akan berakhir saat dia mengingat penolakan halus yang di sampaikannya pada Ejaa di senja sore itu.
Sosok yang dulu pernah menjadi penyemangat dan penopang di saat air mata menguasai dirinya kini hanyalah tertinggal menjadi sosok penyesalan besar dalam hidupnya.
“De, nanti kalau Ejaa udahh berangkat, jangan pernah bawa orang lain ke tempat ini yaa, Ejaa maunya ade duduk disini hanya dengan Ejaa saja.” Ucap Ejaa.
“yaa, itu pasti. Jangan pergi terlalu lama.”
Sebuah perjanjian yang terucap sebelum Ejaa benar-benar pergi melanjutkan pendidikannya di negara orang. Setiap detik, menit, jam serta hari-hari yang berlalu telah di lewati Adee dengan suasana yang hampa.
Suatu ketika Ade sempat berkenalan dengan seorang teman dekatnya Ejaa,telah lebih dari satu tahun mereka saling berkenalan. Vanly, sebuah sosok yang kini berhasil menghapus kenangan Ejaa dari hatinya Ade.
Tak dapat di pungkiri bahwa suatu rasa yang terlarang mulai mucul di antara mereka. Hingga pada akhirnya mereka meresmikan jalinan kasih mereka menjadi satu ikatan berpacaran.
“sayy, jangan kasih tau Ejaa ya kalau kita pacaran, Van gag mau dia sakit hati kalau tahu kita berdua pacaran.”
“sakit hati kenapa? Ade dan Eja kan gag pernah pacaran!.” Ucap ade penuh tanya.
“udah ah, gag usah di bahas lagi ya.” Kalimat vanly memotong pembicaraan Ade.
Sejak saat itu, Ade sedikit demi sedikit mulai melupakan Ejaa. Tak jarang pula Ade mengabaikan semua pesan-pesan yang di kirim oleh Ejaa.
Lebih dari dua tahun mereka berpacaran. Hingga suatu hari Ade menerima pesan masuk dari sebuah nomor yang dulu sangat berarti di hidupnya.
“Ejaa pengen ketemu Ade sekarang di tempat biasa.” Hanya kalimat itu saja yang nampak di layar ponsel Ade.
Dengan langkah gontai dan sedikit kurang bersemangat, Ade mengemudikan mobilnya menuju tempat yang yang dulu sangat berharga.
Sesampainya disana, terlihat sosok seorang laki-laki yang sedang berdiri menghadap matahari yang sudah mulai tenggelam. Dari belakang, sosok itu sangat di kenali olehnya.
“Ejaa yaa?”.
“yeahh,its me.!” Ucap Ejaa dengan penuh semangat.
“De, sebenarnya Eja datang kesini mau mengajak Ade untuk temani Ejaa selama-lamanya. Ade tahu kan maksud Ejaa?.”
“Bukannya Ade gag mau, cuman ada satu rahasia yang belum Ejaa tahu. Dan Ade gag mau Ejaa tahu. Jadi maav, Ade gag bisa.”
Tanpa mengatakan apapun, Ade lalu berbalik dan meninggalkan Ejaa yang masih berdiri terpaku di bawah senja yang menatapnya pilu. Sejak saat itu Ade mulai serius dengan hubungannya bersamaVanly, namun akhir-akhir ini nomor ponsel Vanly sangat susah di hubungi.
Suatu senja di sore hari, ade melihat Vanly bersama perempuan lain sedang berciuman di tempat yang biasa Ade dan Ejaa habiskan waktu sorenya. Air mata perlahan menetes saat Ade dianggap orang yang tak di kenal oleh Vanly.
Kini hubungan mereka telah berakhir. Ade masih menyimpan harapan pada sosok yang dulu di sayanginya.
Dengan cepat Ade mengambil ponselnya lalu menghubungi nomor Ejaa. Namun sia-sia, nomornya tak lagi aktif. Semuanya perlahan menghilang dari kehidupan Ade.
Penyesalan tak akan berakhir saat dia mengingat penolakan halus yang di sampaikannya pada Ejaa di senja sore itu.
Sosok yang dulu pernah menjadi penyemangat dan penopang di saat air mata menguasai dirinya kini hanyalah tertinggal menjadi sosok penyesalan besar dalam hidupnya.
dunia ini terlalu kecil untuk pribadi yang dewasa
Diam membisu menatap pucat cahaya. Segalanya yng telah ku genggam satu persatu kan menghilang.
Kami adalah teman. Ada saat diperlukan dan menemani saat di butuhkan.
Kami bersam mencari jati diri tuk memaknai arti kehidupan.
Menggali serta meresapi makna sifat kedewasaan dan mencari jawaban kehidupan dalam tiap sela waktu.
Kami adalah teman. Ada saat diperlukan dan menemani saat di butuhkan.
Kami bersam mencari jati diri tuk memaknai arti kehidupan.
Menggali serta meresapi makna sifat kedewasaan dan mencari jawaban kehidupan dalam tiap sela waktu.
Langganan:
Komentar (Atom)
